FORUM KIMIA UGM Tempat berkumpulnya Mahasiswa, Alumni dan Dosen KIMIA FMIPA UGM |
SELAMAT DATANG DI FORUM KIMIA UGM
|
|
| Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) | |
| | Pengirim | Message |
---|
tuts_cupz Maba
Jumlah posting : 23 Lokasi : Pogung Lor
| Subyek: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Wed Oct 20, 2010 8:25 pm | |
| Assalamualaikum..Meski sudah banyak yang tahu tentangcerita ini.. baik di blog, di facebook, maupun di kaskus, saya ingin meng-copynya di blog saya, cerita nyata ini sangat inspiratif, berapa kalipun sayamembacanya, pasti mata berkaca – kaca.. buat teman yang belum pernahmembacanya, silakan baca kisahnya di sini. sekali lagi ini hasil dari copy –paste, saya tidak berani meng-edit-nya guna membaca keasliannya…Cerita ini adalah kisah nyata…dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.Bacalah, semoga kisah nyata inimenjadi pelajaran bagi kita semua.***Cinta itu butuh kesabaran…Sampai dimanakah kita harus bersabarmenanti cinta kita???Hari itu.. aku dengannya berkomitmenuntuk menjaga cinta kita..Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..Pernikahan kami sederhana namunmeriah…..Ia menjadi pria yang sangat romantispada waktu itu.Aku bersyukur menikah dengan seorangpria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.Ketika kami berpacaran dia sudahsukses dalam karirnya.Kami akan berbulan madu di tanahsuci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..Dan setelah menikah, aku mengajaknyauntuk umroh ke tanah suci….Aku sangat bahagia dengannya, dandianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasasayangnya pada ku.Banyak orang yang bilang kami adalahpasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku.Dan aku bahagia menikah dengannya.***Lima tahun berlalu sudah kamimenjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupunkami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisamemberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tanggakami.Karena dia anak lelaki satu-satunyadalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasibaginya.Alhamdulillah saat itu suamikumendukungku…Ia mengaggap Allah belum mempercayaikami untuk menjaga titipan-NYA.Tapi keluarganya mulai resah. Dariawal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapatperlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusahamenutupi hal itu dari suamiku…Didepan suami ku mereka berlakusangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…Pernah suatu ketika satu tahun usiapernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillahsuami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.Ia dirawat dirumah sakit pada saatdia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang &malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik darirumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibukmengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.Namun saat ketika aku kembali kerumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu,adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat adaseorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawamenghibur suamiku.Alhamdulillah suamiku ternyata sudahsadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak bolehsedih di hadapannya.Kubuka pintu yang tertutup rapat itusambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Akuberdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapkupenuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalutertutup.Tangannya melambai, mengisyaratkanaku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannyasambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yglirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …“Fis, kenalkan ini Desi temanFikri”.Aku teringat cerita dari suamikubahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan diasangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu denganorangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak akubicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.Aku sibuk membersihkan &mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya,tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemanike kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.Tapi ketika di luar adik ipar kuberkata, ”lebih baik kau pulang saja, adakami yg menjaga abang disini. Kauistirahat saja. ”Anehnya, aku tak diperbolehkanberpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dankarena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapaaku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuakudatang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akanmemberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, tohsuamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak,suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumahsakit itu dengan linangan air mata.Sejak saat itu aku tidak pernahdiijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanyabisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.***Hari itu.. aku menangis tanpa sebab,yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi denganyang lain.Pagi itu, pada saat aku membersihkanpekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru sajaselesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihatikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.Aku bertanya, ”Ada apa kamumemanggilku?”Ia berkata, ”Besok aku akanmenjenguk keluargaku di Sabang”Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu,aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegangtiket bukan?”“Ya tapi aku tak akan lama disana,cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluargabesarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.“Mengapa baru sekarang bicara, akupikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh denganrasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencanakepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawatuntuknya.”Mama minta aku yang menemaninyasaat pulang nanti”, jawabnya tegas.”Sekarang aku ingin seharian dengankamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambilmemelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi takboleh aku tunjukkan pada nya.Bahagianya aku dimanja dengan suamiyang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurangadil terhadapku.Aku hanya bisa tersenyum saja,padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaikuhanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku.Kemudian aku memutuskan agar ia sajayg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tanggakami.Karena ini acara sakral bagikeluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku puntetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidakhadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuhkeluarga ini.Malam sebelum kepergiannya, akumenangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, iamenatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk eratdirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapiaku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggalpergi olehnya.Aku tidak pernah ditinggal pergiselama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.Apa mungkin aku sedih karena akusendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalahteman mengobrolku.Hati ini sedih akan di tinggal pergiolehnya.Sampai keesokan harinya, aku terusmenangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaankutak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku.Dia pasti akan selalu menelponku.***Berjauhan dengan suamiku, aku merasasangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukansebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi keSabang.Saat kami berhubungan jarak jauh,komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekaliseperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini,sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adiklaki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkenakanker mulut rahim stadium 3.Aku menangis.. apa yang bisa akubanggakan lagi..Mertuaku akan semakin menghinaku,suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku..namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memelukadikku.Aku kangen pada suamiku, aku selalumenunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku taktahu..Sementara suamiku disana, aku tidaktahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akanmenceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..Lebih baik aku tutupi dulu tentanghal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.Lebih baik nanti saja ketika iasudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menantisuamiku pulang, hari demi hari aku hitung…Sudah 3 minggu suamiku di Sabang,malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakanada sms yang masuk.Kubuka di inbox ponselku, ternyatadari suamiku yang sms.Ia menulis, “aku sudah beli tiketuntuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.Hanya itu saja yang diinfokannya.Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg akutunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.Sebagai seorang istri, aku punberdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamikupulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami ygburuk akhir-akhir ini.Bel pun berbunyi, kubukakan pintuuntuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepanteras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kakidan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumahkami.Setelah itu akupun berdiri langsungmencium tangannya tapi apa reaksinya..Masya Allah.. ia tidak menciumkeningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dantidur tanpa bertanya kabarku..Aku hanya berpikir, mungkin diacapek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malammenunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, SangMaha Pencipta.Biasa nya kami selalu berjama’ah,tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Akuhanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8rakaat plus witir 3 raka’at.***Aku mendengar suara mobilnya, akuterbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siapuntuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambiljilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah ygbercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.Aku merasa ada yang aneh dengansuamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?Aku tidak bisa diam begitu saja,firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumahmertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan akubertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab,“Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.Ada apa ini? Tanya hatiku penuhdalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kotakelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.Semakin hari ia menjadi orang yangpendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kamihanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya akudari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras.Suamiku telah berubah..Bahkan yang membuat ku kaget, akupernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menamparsuamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimanapun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedomanyang aku pegang.Aku hanya berdo’a semoga suamikusadar akan prilakunya.***Dua tahun berlalu, suamiku takkunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini,kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.Kemesraan yang kami ciptakan dulutelah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya &menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baikdan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum.Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku taktahu kapan ini semua akan berakhir.Bersyukurlah.. aku punya penghasilansendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu memintauang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.Sungguh.. suami yang dulu aku pujadan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap akubertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itusetelah makan malam usai, suamiku memanggilku.“Ya, ada apa Yah!” sahutku denganmemanggil nama kesayangannya “Ayah”.“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.”Jawabnya tegas.“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuhdengan keheranan.Astaghfirullah.. suami ku yang dululembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagikelanjutan diskusi antara kami.Dia mengatakan ”Kau ikut saja janganbanyak tanya!!”Lalu aku pun bersegera mengemasibarang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamikukini tak ku kenal lagi.Lima tahun kami menikah dan sudah 2tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangatpenuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangatdingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya akuberontak berteriak, tapi aku tak bisa.Suamiku tak suka dengan wanita yangkasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilangperbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisabersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalamkesendirianku..***Kami telah sampai di Sabang, akumasih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir.Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya.Aku tidak tahu ada acara apa ini..Aku dan suamiku pun masuk ke kamarkami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabungdengan keluarga besarnya.Baru saja aku membongkar koper kamidan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar,lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tanteyang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah,aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yangtampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.Kemudian aku duduk disampingsuamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanyapadanya.Tiba-tiba saja neneknya, orang yangdianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.“Baiklah, karena kalian telahberkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangattegas, dengan sorot mata yang tajam.”Ada apa ya Nek?” sahutku denganpenuh tanya..Nenek pun menjawab, “Kau telahbergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihattanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.Aku menangis.. untuk inikah akudiundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?“Sebenarnya kami sudah punya calonuntuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yangkeras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknyaberbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.Aku hanya bisa tersenyum dan melihatwajah suamiku yang kosong matanya.“Dan aku dengar dari ibu mertuamukau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraanitu.Sedangkan suamiku hanya terdiamsaja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengansemua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.Neneknya masih saja berbicarapanjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangatmenantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. akuingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapakeluarganya bersikap seperti ini terhadapku..Aku selalu munutupi masalah ini darikedua orang tuaku yang tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangatbahagia 2 tahun belakangan ini.“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunyalangsung memintaku untuk menjawab.Aku langsung memegang tangansuamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.Walaupun aku tidak bisa berdiskusidulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah.‘’Untuk kebaikan dan masa depankeluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..”Itu yang aku jawab, dengan kata lainaku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengantetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.Aku lalu bertanya kepada suamiku,“Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”Aku pun langsung menarik napas danlangsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus sayasiapkan dalam pernikahan ini Nek?.”Ayah mertuaku menjawab,“Pernikahannya 2 minggu lagi.””Baiklah kalo begitu saya akanmenelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahanbesok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.Tak tahan lagi.. air mata ini akanturun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung dudukdi tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanyamenerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..Apakah karena ini suamiku menjadiorang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?Aku berjalan menuju ke meja rias,kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkahaku ini?“Ku ambil sisirku, aku menyisirirambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudahtidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagiantengahnya.Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka,ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mataini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.Kami diam sejenak, lalu aku mulaipembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku takperlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”Suamiku mengangguk sambil melihatkepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok,dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.Dalam hatiku bertanya, “mengapa iasangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudahmalam, kita istirahat yuk!““Aku sholat isya dulu baru akutidur”, jawabku tenang.Dalam sholat dan dalam tidur akumenangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Akupun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.Aku tak tahu kalau Desi orang Sabangjuga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu,yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu..***Malam sebelum hari pernikahansuamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.Di laptop aku menulis saat-saatterakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku.Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai iaberlaku sekejam itu kepadaku. Akusave di mydocument yang bertitle“Aku Mencintaimu Suamiku.”Hari pernikahan telah tiba, akutelah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, akumelihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi.Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaianpengantinnya masuk dan berbicara padaku.“Apakah kamu sudah siap?”Kuhapus airmata yang menetesdiwajahku sambil berkata :“Nanti jika ia telah sah jadiistrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinyasebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamarpengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padakudulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskanpembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apaBunda?”Aku kaget mendengar kata itu, yangtadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yangberbinar-binar…“Bisa kamu ulangi apa yang kamuucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salahmendengar.Dia mengangguk dan berkata, ”Baikbunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah danmenghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, akuhanya sedadanya saja.Dia tersenyum sambil berkata, ”Kitalihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yangpaling kuat yang ayah temui selain mama”..Kemudian ia mencium keningku, akulangsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir?Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangenbelaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah?Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu..waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulanbersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yangaku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud dikakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telahmembuatmu susah”.Saat itu juga, diangkatnya badanku..ia hanya menangis.Ia memelukku sangat lama, 2 tahunaku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa adayang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanyadengan penuh khawatir.Aku pun menjawab, “bisa memeluk danmelihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya takbisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat diakhawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.***Setelah tiba dimasjid, ijab-qabulpun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.Aku melihat suamiku dudukberdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriakmengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.Jantung ini berdebar kencang saatmendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napaspanjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusahauntuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.Tak sanggup aku melihat mereka dudukbersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu ibamelihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahkuyang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.Sampai dirumah, suamiku langsungmasuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran denganperilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?Sementara itu Desi disambut hangatdi dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.Malam ini aku tak bisa tidur,bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui.Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.Sepertiga malam pada saat aku inginsholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang miripsuamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamikutak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itusambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku,tentu saja aku kaget.“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”,ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelahsholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderitakarena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama,papa dan juga adik-adikku”Aku menatapnya dengan penuhkeheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukkusangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah..apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini,karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkauijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2tahun ini..Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”Aku menangis dalam kebisuan.Pelukannya masih bisa aku rasakan.Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidaktidur dengan Desi?””Aku kangen sama kamu Bunda, aku takmau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.”Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayahminta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalaubunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, sepertimengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantanpacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisanseperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takutbunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelumbunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalumemanjakan bunda..”Hati ini sakit ketika difitnah olehsuamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongankeluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasanganseumur hidupku ini.Aku hanya menjawab, “Aku sudahceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulushatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahalbanyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejarhartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu..“Entah aku harus bahagia atau akuharus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, akumenyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikapkeluarganya juga.Karena aku tak mau mati dalam hatiyang penuh dengan rasa benci.***Keesokan harinya…Ketika aku ingin terbangun untukmengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalamipendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.Aku pun dilarikan ke rumah sakit..Dari kejauhan aku mendengar suarazikir suamiku..Aku merasakan tanganku basah..Ketika kubuka mata ini, kulihatwajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.Ia menggenggam tanganku denganerat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”Berkali-kali ia mengucapkan hal itu.Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?Aku berkata dengan suara yang lirih,”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterinbunda kesana ya, Yah..”“Ayah jangan berubah lagi ya! Janjiya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”Tiba-tiba saja kakiku sakit sangatsakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku takkuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang airmata.Sebelum mata ini tertutup,kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.Aku bahagia melihat suamiku punyapengganti diriku..Aku bahagia selalu melayaninya dalamsuka dan duka..Menemaninya dalam ketika iamengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.Aku bahagia bersuamikan dia. Diaadalah nafasku.Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan akutelah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu.Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami.Mengapa engkau fitnah diriku didepansuamiku, apa engkau punya buktinya Ma?Mengapa engkau sangat cemburu padakuMa?Fikri tetap milikmu Ma, aku takpernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apayang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi kausangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..”***Setelah ku buka laptop, kubacacurhatan istriku.========================== ===========================Ayah, mengapa keluargamu sangatmembenciku?Aku dihina oleh mereka ayah..Mengapa mereka bisa baik terhadapkupada saat ada dirimu?Pernah suatu ketika aku bertemu Diandi jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajahketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..Tapi ketika engkau bersamaku, Diansangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangatmenghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ?Aku tak bisa berbicara tentang inipadamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..Aku diusir dari rumah sakit.Aku tak boleh merawat suamiku.Aku cemburu pada Desi yang sangatakrab dengan mertuaku.Tiap hari ia datang ke rumah sakitbersama mertuaku.Aku sangat marah..Jika aku membicarakan hal ini padasuamiku, ia akan pasti membela Desi danibunya..Aku tak mau sakit hati lagi..Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..Engkau Maha Adil..Berilah keadilan ini padaku, YaAllah..Ayah sudah berubah, ayah sudah taksayang lagi pada ku..Aku berusaha untuk mandiri ayah, akutak akan bermanja-manja lagi padamu..Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..Lihatlah ayah, aku kuat walaupunpenyakit kanker ini terus menyerangku..Aku bisa melakukan ini semua sendiriayah..Besok suamiku akan menikah denganperempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak bolehegois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.Ayah, sebenarnya aku tak maudiduakan olehmu..Mengapa harus Desi yang menjadisahabatku?Ayah.. aku masih tak rela..Tapi aku harus ikhlas menerimanya.Pagi nanti suamiku melangsungkanpernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnyatersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.Sebelum ajal ini menjemputku.”Ayah.. aku kangen Ayah..”=====================================================’’Dan kini aku telah membawamu keorang tuamu, Bunda..Aku akan mengunjungimu sebulansekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.Aku akan selalu membawakanmu bungamawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusukduri.’’Bunda tetap cantik, selalu tersenyumdisaat tidur..Bunda akan selalu hidup dihatiayah..Bunda.. Desi tak sepertimu, yangtidak pernah marah..Desi sangat berbeda denganmu, ia takpernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku puntak pernah dicucinya.Ayah menyesal telah menelantarkanmuselama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..Seandainya Ayah tak menelantarkanBunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus..Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangatmembutuhkan bunda..Bunda.. kamu wanita yang palingtegar yang pernah kutemui..Aku menyesal telah asik dalamke-egoanku..Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidurtetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang..’’Maafkan aku, tak bisa bersikapadil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena akutakut menjadi anak durhaka.Maafkan aku ketika kau di fitnaholeh keluargaku, aku percaya begitu saja..Apakah Bunda akan mendapat penggantiayah di surga sana?Apakah Bunda tetap menanti ayahdisana? Tetap setia dialam sana?Tunggulah Ayah disana Bunda..Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayahdi sini.. Aku mohon..’’Ayah Sayang Bunda….’’___________________________________________________________________________________________ Wassalamualaikum..source : belum ditemukan sumberaslinya. | |
| | | ajoen - Moderator -
Jumlah posting : 376 Lokasi : JOGJA
| | | | anugrah_rhzky Mahasiswa Tahun Pertama
Jumlah posting : 33 Lokasi : yogyakarta
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Wed Oct 20, 2010 9:01 pm | |
| - SRI HARTUTI wrote:
- Assalamualaikum..
Meski sudah banyak yang tahu tentangcerita ini.. baik di blog, di facebook, maupun di kaskus, saya ingin meng-copynya di blog saya, cerita nyata ini sangat inspiratif, berapa kalipun sayamembacanya, pasti mata berkaca – kaca.. buat teman yang belum pernahmembacanya, silakan baca kisahnya di sini. sekali lagi ini hasil dari copy –paste, saya tidak berani meng-edit-nya guna membaca keasliannya… Cerita ini adalah kisah nyata…dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya. Bacalah, semoga kisah nyata inimenjadi pelajaran bagi kita semua. *** Cinta itu butuh kesabaran… Sampai dimanakah kita harus bersabarmenanti cinta kita??? Hari itu.. aku dengannya berkomitmenuntuk menjaga cinta kita.. Aku menjadi perempuan yg paling bahagia….. Pernikahan kami sederhana namunmeriah….. Ia menjadi pria yang sangat romantispada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorangpria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. Ketika kami berpacaran dia sudahsukses dalam karirnya. Kami akan berbulan madu di tanahsuci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu.. Dan setelah menikah, aku mengajaknyauntuk umroh ke tanah suci…. Aku sangat bahagia dengannya, dandianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasasayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalahpasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku.Dan aku bahagia menikah dengannya. *** Lima tahun berlalu sudah kamimenjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupunkami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisamemberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tanggakami. Karena dia anak lelaki satu-satunyadalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasibaginya. Alhamdulillah saat itu suamikumendukungku… Ia mengaggap Allah belum mempercayaikami untuk menjaga titipan-NYA. Tapi keluarganya mulai resah. Dariawal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapatperlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusahamenutupi hal itu dari suamiku… Didepan suami ku mereka berlakusangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka… Pernah suatu ketika satu tahun usiapernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillahsuami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu. Ia dirawat dirumah sakit pada saatdia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang &malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik darirumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibukmengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan. Namun saat ketika aku kembali kerumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu,adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat adaseorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawamenghibur suamiku. Alhamdulillah suamiku ternyata sudahsadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak bolehsedih di hadapannya. Kubuka pintu yang tertutup rapat itusambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Akuberdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapkupenuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalutertutup. Tangannya melambai, mengisyaratkanaku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannyasambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yglirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya. Lalu.. Ibu nya berbicara denganku … “Fis, kenalkan ini Desi temanFikri”. Aku teringat cerita dari suamikubahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan diasangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu denganorangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak akubicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan. Aku sibuk membersihkan &mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya,tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemanike kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya. Tapi ketika di luar adik ipar kuberkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kauistirahat saja. ” Anehnya, aku tak diperbolehkanberpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dankarena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapaaku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuakudatang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akanmemberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, tohsuamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak,suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumahsakit itu dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernahdiijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanyabisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku. *** Hari itu.. aku menangis tanpa sebab,yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi denganyang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihkanpekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru sajaselesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihatikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu. Aku bertanya, ”Ada apa kamumemanggilku?” Ia berkata, ”Besok aku akanmenjenguk keluargaku di Sabang” Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu,aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegangtiket bukan?” “Ya tapi aku tak akan lama disana,cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluargabesarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas. “Mengapa baru sekarang bicara, akupikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh denganrasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencanakepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawatuntuknya. ”Mama minta aku yang menemaninyasaat pulang nanti”, jawabnya tegas. ”Sekarang aku ingin seharian dengankamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambilmemelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi takboleh aku tunjukkan pada nya. Bahagianya aku dimanja dengan suamiyang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurangadil terhadapku. Aku hanya bisa tersenyum saja,padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaikuhanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku. Kemudian aku memutuskan agar ia sajayg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tanggakami. Karena ini acara sakral bagikeluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku puntetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidakhadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuhkeluarga ini. Malam sebelum kepergiannya, akumenangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, iamenatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk eratdirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapiaku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggalpergi olehnya. Aku tidak pernah ditinggal pergiselama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi. Apa mungkin aku sedih karena akusendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalahteman mengobrolku. Hati ini sedih akan di tinggal pergiolehnya. Sampai keesokan harinya, aku terusmenangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaankutak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku.Dia pasti akan selalu menelponku. *** Berjauhan dengan suamiku, aku merasasangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukansebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi keSabang. Saat kami berhubungan jarak jauh,komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekaliseperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini,sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adiklaki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkenakanker mulut rahim stadium 3. Aku menangis.. apa yang bisa akubanggakan lagi.. Mertuaku akan semakin menghinaku,suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku..namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memelukadikku. Aku kangen pada suamiku, aku selalumenunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku taktahu.. Sementara suamiku disana, aku tidaktahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akanmenceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku.. Lebih baik aku tutupi dulu tentanghal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang. Lebih baik nanti saja ketika iasudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menantisuamiku pulang, hari demi hari aku hitung… Sudah 3 minggu suamiku di Sabang,malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakanada sms yang masuk. Kubuka di inbox ponselku, ternyatadari suamiku yang sms. Ia menulis, “aku sudah beli tiketuntuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”. Hanya itu saja yang diinfokannya.Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg akutunggu pun tiba, aku menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku punberdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamikupulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami ygburuk akhir-akhir ini. Bel pun berbunyi, kubukakan pintuuntuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepanteras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kakidan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumahkami. Setelah itu akupun berdiri langsungmencium tangannya tapi apa reaksinya.. Masya Allah.. ia tidak menciumkeningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dantidur tanpa bertanya kabarku.. Aku hanya berpikir, mungkin diacapek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malammenunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, SangMaha Pencipta. Biasa nya kami selalu berjama’ah,tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Akuhanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8rakaat plus witir 3 raka’at. *** Aku mendengar suara mobilnya, akuterbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siapuntuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambiljilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah ygbercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi. Aku merasa ada yang aneh dengansuamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku? Aku tidak bisa diam begitu saja,firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumahmertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan akubertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab,“Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus. Ada apa ini? Tanya hatiku penuhdalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kotakelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku. Semakin hari ia menjadi orang yangpendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kamihanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya akudari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras.Suamiku telah berubah.. Bahkan yang membuat ku kaget, akupernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menamparsuamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimanapun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedomanyang aku pegang. Aku hanya berdo’a semoga suamikusadar akan prilakunya. *** Dua tahun berlalu, suamiku takkunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini,kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. Kemesraan yang kami ciptakan dulutelah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya &menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baikdan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum.Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku taktahu kapan ini semua akan berakhir. Bersyukurlah.. aku punya penghasilansendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu memintauang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku. Sungguh.. suami yang dulu aku pujadan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap akubertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itusetelah makan malam usai, suamiku memanggilku. “Ya, ada apa Yah!” sahutku denganmemanggil nama kesayangannya “Ayah”. “Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.”Jawabnya tegas. “Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuhdengan keheranan. Astaghfirullah.. suami ku yang dululembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagikelanjutan diskusi antara kami. Dia mengatakan ”Kau ikut saja janganbanyak tanya!!” Lalu aku pun bersegera mengemasibarang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamikukini tak ku kenal lagi. Lima tahun kami menikah dan sudah 2tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangatpenuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangatdingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya akuberontak berteriak, tapi aku tak bisa. Suamiku tak suka dengan wanita yangkasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilangperbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisabersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalamkesendirianku.. *** Kami telah sampai di Sabang, akumasih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir.Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya.Aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan suamiku pun masuk ke kamarkami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabungdengan keluarga besarnya. Baru saja aku membongkar koper kamidan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar,lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tanteyang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah,aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yangtampak seperti rumah zaman peninggalan belanda. Kemudian aku duduk disampingsuamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanyapadanya. Tiba-tiba saja neneknya, orang yangdianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan. “Baiklah, karena kalian telahberkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangattegas, dengan sorot mata yang tajam. ”Ada apa ya Nek?” sahutku denganpenuh tanya.. Nenek pun menjawab, “Kau telahbergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihattanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“. Aku menangis.. untuk inikah akudiundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku? “Sebenarnya kami sudah punya calonuntuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yangkeras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknyaberbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua. Aku hanya bisa tersenyum dan melihatwajah suamiku yang kosong matanya. “Dan aku dengar dari ibu mertuamukau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraanitu. Sedangkan suamiku hanya terdiamsaja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengansemua ini, tapi aku tak punya keberanian itu. Neneknya masih saja berbicarapanjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangatmenantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“ MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. akuingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapakeluarganya bersikap seperti ini terhadapku.. Aku selalu munutupi masalah ini darikedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu, mereka mengira aku sangatbahagia 2 tahun belakangan ini. “Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunyalangsung memintaku untuk menjawab. Aku langsung memegang tangansuamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas. Walaupun aku tidak bisa berdiskusidulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah. ‘’Untuk kebaikan dan masa depankeluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..” Itu yang aku jawab, dengan kata lainaku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengantetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka. Aku lalu bertanya kepada suamiku,“Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?” Suamiku menjawab, ”Dia Desi!” Aku pun langsung menarik napas danlangsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus sayasiapkan dalam pernikahan ini Nek?.” Ayah mertuaku menjawab,“Pernikahannya 2 minggu lagi.” ”Baiklah kalo begitu saya akanmenelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahanbesok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar. Tak tahan lagi.. air mata ini akanturun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung dudukdi tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanyamenerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.. Apakah karena ini suamiku menjadiorang yang asing selama 2 tahun belakangan ini? Aku berjalan menuju ke meja rias,kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkahaku ini?“ Ku ambil sisirku, aku menyisirirambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudahtidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagiantengahnya. Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka,ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mataini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu. Kami diam sejenak, lalu aku mulaipembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku takperlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.” Suamiku mengangguk sambil melihatkepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok,dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo. Dalam hatiku bertanya, “mengapa iasangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudahmalam, kita istirahat yuk!“ “Aku sholat isya dulu baru akutidur”, jawabku tenang. Dalam sholat dan dalam tidur akumenangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Akupun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. Aku tak tahu kalau Desi orang Sabangjuga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu,yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.. *** Malam sebelum hari pernikahansuamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. Di laptop aku menulis saat-saatterakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku.Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai iaberlaku sekejam itu kepadaku. Aku save di mydocument yang bertitle“Aku Mencintaimu Suamiku.” Hari pernikahan telah tiba, akutelah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, akumelihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi.Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaianpengantinnya masuk dan berbicara padaku. “Apakah kamu sudah siap?” Kuhapus airmata yang menetesdiwajahku sambil berkata : “Nanti jika ia telah sah jadiistrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinyasebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamarpengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padakudulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskanpembicaraan itu, aku ingin menagis meledak. Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apaBunda?” Aku kaget mendengar kata itu, yangtadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yangberbinar-binar… “Bisa kamu ulangi apa yang kamuucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salahmendengar. Dia mengangguk dan berkata, ”Baikbunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah danmenghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, akuhanya sedadanya saja. Dia tersenyum sambil berkata, ”Kitalihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yangpaling kuat yang ayah temui selain mama”.. Kemudian ia mencium keningku, akulangsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir?Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangenbelaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah?Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu..waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulanbersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yangaku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud dikakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telahmembuatmu susah”. Saat itu juga, diangkatnya badanku..ia hanya menangis. Ia memelukku sangat lama, 2 tahunaku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa adayang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanyadengan penuh khawatir. Aku pun menjawab, “bisa memeluk danmelihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya takbisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat diakhawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut. *** Setelah tiba dimasjid, ijab-qabulpun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku. Aku melihat suamiku dudukberdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriakmengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku. Jantung ini berdebar kencang saatmendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napaspanjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusahauntuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat. Tak sanggup aku melihat mereka dudukbersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu ibamelihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahkuyang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis. Sampai dirumah, suamiku langsungmasuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran denganperilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini? Sementara itu Desi disambut hangatdi dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi. Malam ini aku tak bisa tidur,bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui.Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana. Sepertiga malam pada saat aku inginsholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang miripsuamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamikutak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itusambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku,tentu saja aku kaget. “Kamu datang ke sini, aku pun tahu”,ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelahsholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderitakarena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama,papa dan juga adik-adikku” Aku menatapnya dengan penuhkeheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukkusangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah..apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini,karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkauijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2tahun ini.. Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?” Aku menangis dalam kebisuan.Pelukannya masih bisa aku rasakan. Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidaktidur dengan Desi?” ”Aku kangen sama kamu Bunda, aku takmau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.”Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu. Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayahminta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalaubunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, sepertimengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantanpacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisanseperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takutbunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelumbunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalumemanjakan bunda..” Hati ini sakit ketika difitnah olehsuamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongankeluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasanganseumur hidupku ini. Aku hanya menjawab, “Aku sudahceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulushatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahalbanyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejarhartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu..“ Entah aku harus bahagia atau akuharus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, akumenyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikapkeluarganya juga. Karena aku tak mau mati dalam hatiyang penuh dengan rasa benci. *** Keesokan harinya… Ketika aku ingin terbangun untukmengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalamipendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku. Aku pun dilarikan ke rumah sakit.. Dari kejauhan aku mendengar suarazikir suamiku.. Aku merasakan tanganku basah.. Ketika kubuka mata ini, kulihatwajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran. Ia menggenggam tanganku denganerat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…” Berkali-kali ia mengucapkan hal itu.Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku? Aku berkata dengan suara yang lirih,”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterinbunda kesana ya, Yah..” “Ayah jangan berubah lagi ya! Janjiya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.” Tiba-tiba saja kakiku sakit sangatsakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku takkuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang airmata. Sebelum mata ini tertutup,kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil. Aku bahagia melihat suamiku punyapengganti diriku.. Aku bahagia selalu melayaninya dalamsuka dan duka.. Menemaninya dalam ketika iamengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah. Aku bahagia bersuamikan dia. Diaadalah nafasku. Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan akutelah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu.Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepansuamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padakuMa? Fikri tetap milikmu Ma, aku takpernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apayang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi kausangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..” *** Setelah ku buka laptop, kubacacurhatan istriku. ========================== =========================== Ayah, mengapa keluargamu sangatmembenciku? Aku dihina oleh mereka ayah.. Mengapa mereka bisa baik terhadapkupada saat ada dirimu? Pernah suatu ketika aku bertemu Diandi jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajahketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.. Tapi ketika engkau bersamaku, Diansangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangatmenghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ? Aku tak bisa berbicara tentang inipadamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah.. Aku diusir dari rumah sakit. Aku tak boleh merawat suamiku. Aku cemburu pada Desi yang sangatakrab dengan mertuaku. Tiap hari ia datang ke rumah sakitbersama mertuaku. Aku sangat marah.. Jika aku membicarakan hal ini padasuamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya.. Aku tak mau sakit hati lagi.. Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.. Engkau Maha Adil.. Berilah keadilan ini padaku, YaAllah.. Ayah sudah berubah, ayah sudah taksayang lagi pada ku.. Aku berusaha untuk mandiri ayah, akutak akan bermanja-manja lagi padamu.. Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.. Lihatlah ayah, aku kuat walaupunpenyakit kanker ini terus menyerangku.. Aku bisa melakukan ini semua sendiriayah.. Besok suamiku akan menikah denganperempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak bolehegois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri. Ayah, sebenarnya aku tak maudiduakan olehmu.. Mengapa harus Desi yang menjadisahabatku? Ayah.. aku masih tak rela.. Tapi aku harus ikhlas menerimanya. Pagi nanti suamiku melangsungkanpernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnyatersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.Sebelum ajal ini menjemputku. ”Ayah.. aku kangen Ayah..” ===================================================== ’’Dan kini aku telah membawamu keorang tuamu, Bunda.. Aku akan mengunjungimu sebulansekali bersama Desi di Pulau Kayu ini. Aku akan selalu membawakanmu bungamawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusukduri.’’ Bunda tetap cantik, selalu tersenyumdisaat tidur.. Bunda akan selalu hidup dihatiayah.. Bunda.. Desi tak sepertimu, yangtidak pernah marah.. Desi sangat berbeda denganmu, ia takpernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku puntak pernah dicucinya. Ayah menyesal telah menelantarkanmuselama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu.. Seandainya Ayah tak menelantarkanBunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.. Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangatmembutuhkan bunda.. Bunda.. kamu wanita yang palingtegar yang pernah kutemui.. Aku menyesal telah asik dalamke-egoanku.. Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidurtetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.. ’’Maafkan aku, tak bisa bersikapadil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena akutakut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnaholeh keluargaku, aku percaya begitu saja.. Apakah Bunda akan mendapat penggantiayah di surga sana? Apakah Bunda tetap menanti ayahdisana? Tetap setia dialam sana? Tunggulah Ayah disana Bunda.. Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayahdi sini.. Aku mohon.. ’’Ayah Sayang Bunda….’’
___________________________________________________________________________________________
Wassalamualaikum.. source : belum ditemukan sumberaslinya. bagus tut... ak pernah baca ini juga,,,, ini buat pelajaran bagi qt semua... hehehe | |
| | | ajoen - Moderator -
Jumlah posting : 376 Lokasi : JOGJA
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Wed Oct 20, 2010 9:17 pm | |
| haha ,delet dulu ae kata2 postingan yang ada di balasan, dadine ra dowo banget | |
| | | Rooney0604 Mahasiswa Tahun Kedua
Jumlah posting : 68
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Thu Oct 21, 2010 12:30 pm | |
| :sleep: :sleep: :sleep: :sleep: :sleep: :sleep: :sleep: Spoiler PLisss .. buka2 langsung gak enak di baca .. -,-" ... :scratch: :scratch: :scratch: :scratch: :scratch: | |
| | | rienz_arin Asisten Lab Kimia Dasar
Jumlah posting : 103 Lokasi : Yogyakarta
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Fri Oct 22, 2010 5:26 am | |
| mantap!!! uda sering baca tp tetep merinding pas baca.. wahai para pria!sayangilah istri mu *klo blum punya ya sayangilah pacar mu hohoho jgn sering brantem apalagi ngeboongin para wanita ;p oke oke oke ??? | |
| | | om 09 Newbie
Jumlah posting : 5 Lokasi : Bumi
| | | | Rooney0604 Mahasiswa Tahun Kedua
Jumlah posting : 68
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) Sat Oct 30, 2010 7:11 am | |
| | |
| | | ajoen - Moderator -
Jumlah posting : 376 Lokasi : JOGJA
| | | | Sponsored content
| Subyek: Re: Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) | |
| |
| | | | Cerita Sedih (bacalah.. wahai saudara/saudariku) | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|